Minggu, 14 Februari 2021 6:12:41 WIB
Jerit Pedagang Bunga, Omzet Valentine Layu di Era Corona
Tiongkok
Angga Mardiansyah
Wangi bunga di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat tak seharum penjualannya pada perayaan Valentine tahun ini. (CNN Indonesia/Ulfa Arieza).
Semerbak wangi bunga mulai tercium di pintu masuk Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Setiap pengunjung dimanjakan dengan warna-warni berbagai macam kembang yang ditawarkan oleh penjual, mulai dari mawar, anggrek, krisan, dan sebagainya.
Sayangnya, wangi bunga itu tak seharum penjualannya. Dini (20), salah satu penjual, mengatakan penjualan bunga layu sejak pembatasan sosial akibat pandemi covid-19. Pengunjung yang menyambangi Pasar Bunga Rawa Belong pun berkurang secara drastis.
Layunya penjualan bunga masih berlanjut hingga menjelang perayaan Hari Valentine. Padahal, momentum hari kasih sayang itu biasanya mendorong penjualan kembang hingga 2 kali lipat lantaran banyak masyarakat memberikan bunga untuk orang terkasih.
Menurut Dini, momentum Hari Valentine kali ini tak mendongkrak penjualan bunga di pasar tersebut. Berbeda dari perayaan Valentine tahun lalu, dimana pembeli datang berbondong-bondong baik dari florist (perangkai bunga) hingga pembeli individu.
"Kalau dibandingin Valentine tahun kemarin, setengahnya lah (pengunjung). Belum tahu kalau hari H, semoga ramai. Biasanya ada pembeli datang hari H," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/2).
Sepinya pengunjung otomatis berdampak pada penurunan omzet penjual, hingga 50 persen. Sebelum covid-19, ia dapat menjual 50-100 ikat bunga dengan omzet penjualan minimal Rp2 juta. Namun, setelah pandemi maksimal jualannya hanya di kisaran 40-50 ikat.
"Sebelum covid paling sedikit (omzet) Rp2 juta sehari, tergantung pasar tidak bisa ditentuin. Tapi pas covid tidak sampai segitu, paling Rp500 ribu-Rp300 ribu," katanya.
Cerita Dina itu merupakan gambaran kondisi pedagang Pasar Bunga Rawa Belong secara umum. Ketika memasuki pasar, tampak para pedagang bunga dari tua hingga muda di antara kuntum bunga yang disajikan.
Sebagian dari mereka menata bunga pesanan, tapi mayoritas tampak bergerombol serta bersenda gurau satu sama lain sembari sesekali menyeruput kopi. Aktivitas itu dilakukan untuk menghilangkan jenuh menunggu pelanggan. Maklum, tak banyak pelanggan yang lalu lalang di pasar tersebut.
Meski pelanggan berkurang, Dini mengungkapkan harga bunga dari petani justru meroket jelang Hari Valentine. Jadi, ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga.
Kenaikan bunga dari petani tersebut berlangsung sejak sepekan ke belakang. Dini sendiri mengaku mengambil bunga dari petani di Bandung, Jawa Barat.
Kondisi Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat tampak sepi menjelang Hari Valentine di tengah pandemi covid-19, Rabu (10/2). Pedagang bunga mengaku omzet mereka merosot hingga 50 persen dari kondisi normal. (CNN Indonesia/Ulfa Arieza)
Misalnya, mawar dari Bandung yang dulunya dipatok Rp50 ribu-Rp60 ribu per ikat, menjelang Hari Valentine harganya lebih dari Rp100 ribu per ikat. Sedangkan, bunga karnesen dari Rp30 ribu-Rp35 per ikat menjadi Rp70 ribu- Rp80 ribu per ikat.
Kondisi tersebut, membuat pedagang bunga mengaku tidak berani mendatangkan stok dalam jumlah banyak. Sebab, harga dari petani mahal, sementara pembelinya bisa dihitung dengan jari.
"Tiap mau Valentine sama Imlek begitu (harga dari petani naik)," tuturnya.
Kondisi serupa disampaikan oleh Awai (23). Selama 7 tahun berdagang di Pasar Bunga Rawa Belong, ia mengungkapkan baru kali ini merasakan penjualan jelang Valentine tidak semekar tahun-tahun sebelumnya.
"Jauh dibandingin tahun lalu. Bisanya, valentine ramai (pembeli), barang ada saja, selalu habis. Ibaratnya kalau yang beli dulu 100 persen, paling sekarang 20 persen," ucapnya.
Sepakat dengan Dini, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak awal pandemi covid-19. Jumlah pengunjung berkurang karena PSBB serta menahan diri berbelanja ke pasar secara langsung.
Selain itu, tak banyak pedagang di Pasar Bunga Rawa Belong yang menjajakan kembang melalui online, sehingga mereka menggantungkan penjualan secara konvensional, berharap pada pengunjung yang berkunjung langsung.
"Paling 30 orang sehari. Dulu mah banyak karena PSBB jadi seperti ini," ucapnya.
Ironisnya, banyak bunga-bunga yang terpaksa dibuang karena tidak terjual, sehingga menjadi layu. Kondisi itu, kata, Awai menjadi hal yang lumrah selama pandemi ini.
"Banyak yang kebuang, kalau yang kebuang mah sudah tidak aneh lagi. Banyak.
Di satu sisi, ia mengaku pedagang juga terbebani dengan harga bunga yang melambung dari sisi petani. Menurutnya, harga bunga di tangan petani tersebut melambung karena tak banyak yang menanam bunga, lantaran beralih ke tanaman lain.
"Dulu banyak yang tanam tapi kondisi PSBB jadi tidak kepakai, kebuang. Jadi, ibarat daripada tanam bunga mending tanam yang lain," katanya.
Baik Dini dan Awai berharap ada keajaiban lonjakan penjualan pada hari H perayaan Valentine. Mereka juga berharap pandemi covid-19 segera berlalu sehingga penjualan bunga kembali mekar.cnnindonesia
Komentar
Berita Lainnya
Xi Jinping: Biar Semua Orang Lansia Mempunyai Kehidupan Masa Tua Yang Berbahagia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:14:40 WIB
Hasil Studi Ilmuwan Tiongkok, Minum Teh Setiap Hari Turunkan Risiko Diabetes Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:21:52 WIB
Tiongkok Produksi Kereta Api Hibrid yang BebasPolusi Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:26:6 WIB
Tiongkok Perkirakan Jual 68,5 Juta Tiket Kereta Selama Libur Hari Nasional Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:42:10 WIB
Tiongkok: Perlu Bersama Lindungi Fasilitas Infrastruktur Lintas Negara Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:48:4 WIB
Padi Hemat Air Bantu Petani Panen Melimpah di Tengah Kekeringan Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:51:7 WIB
Lanjutkan Balapan di Musim 2023, Zhou Guanyu Ingin Bawa Semangat dan Budaya Tiongkok Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 15:19:35 WIB
Tiongkok Larang Rokok Elektrik Rasa Buah dalam Peningkatan Regulasi Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:14:12 WIB
Tiongkok mendesak AS untuk mengakhiri kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam Amerika selama sesi PBB Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:45:29 WIB
Setengah komunitas pedesaan di Tiongkok tercakup layanan perawatan lansia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:49:6 WIB
Guangzhou: Gerbang maritim Tiongkok ke dunia sejak zaman kuno Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:10:22 WIB
Tiongkok kalahkan Slovenia dan AS di Kejuaraan Tenis Meja Beregu Dunia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:20:34 WIB
Pemasangan Atap Beton Pertama Terowongan Jalan Raya Terpanjang di Provinsi Jiangsu Tiongkok Telah dimulai Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:25:54 WIB
Tiongkok ingin mengoptimalkan struktur ekonomi negara Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:30:30 WIB
Sinopec Tiongkok ingin hapus daftar ADS dari London Stock Exchange Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:50:46 WIB