Selasa, 24 September 2024 11:23:59 WIB

Jokowi : ke Depan Cari Kerja Makin Sulit
Indonesia

Tempo/Endro

banner

Ilustrasi Ekonomi Serabutan

JAKARTA, Radio Bharata Online - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan,  jumlah lapangan pekerjaan di masa depan akan semakin sedikit. Sementara itu di sisi lain, ada banyak tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan.  DIkutip dari Channel Metro TV, Jokowi mengatakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ke-22, dan Seminar Nasional di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 19 September lalu.

Dia menjelaskan, Indonesia yang akan mencapai bonus demografi pada 2030-an bisa menjadi sebuah kekuatan sekaligus beban. 

Bonus demografi menurut Jokowi, merupakan tantangan paling besar yang akan dihadapi Indonesia untuk menjadi negara maju. Bonus demografi ini membutuhkan pembukaan kesempatan kerja yang sebesar-besarnya.

Menurut Jokowi, penyebab susahnya masyarakat dalam mencari kerja di masa depan adalah karena pertumbuhan ekonomi global yang melambat. 

Dia mengacu pada data Bank Dunia, yang menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya berada di angka 2,7 persen pada tahun 2023. Kemudian pada 2024 ini diperkirakan hanya 2,6 persen, dan pada 2025 adalah 2,7 persen.

Angka itu, menurut Presiden, jauh dari harapan semua negara di dunia. Dia mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai sekitar 5,1 persen patut disyukuri, dibandingkan ekonomi global yang ada di kisaran 2,6 sampai 2,7 persen. 

Dia menambahkan, Bank Sentral di hampir semua negara memperketat kebijakan moneternya, karena mengerem supaya inflasi tidak semakin naik. Dan ini berarti industri pasti akan menurunkan produksinya.

Alasan kedua, menurut Jokowi, karena adanya peningkatan otomasi di berbagai bidang pekerjaan. Dia menyebut, otomasi tersebut awalnya hanya berlaku pada sektor mekanik, lalu bergantian muncul kecerdasan buatan, otomasi analitik, dan otomasi lainnya yang terus tercipta setiap harinya.  Jokowi menjelaskan, pada 2025 pekerjaan yang akan hilang mencapai 85 juta.

Alasan ketiga dari minimnya peluang kerja di masa mendatang adalah gig economy, atau ekonomi serabutan, dimana banyak perusahaan yang lebih memilih untuk merekrut pekerja lepas, perusahaan lebih memilih kontrak-kontrak kerja jangka pendek, untuk mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi. (Tempo)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner