Senin, 25 November 2024 14:26:36 WIB
Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze Alami Lonjakan Perdagangan Luar Negeri ke Rekor Tertinggi
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo
Gedung Kantor Bank Sentral Tiongkok (CMG)
Beijing, Radio Bharata Online - Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze di Tiongkok mengalami lonjakan perdagangan luar negeri hingga mencapai rekor tertinggi sebesar 16,31 triliun yuan (sekitar 35.715 triliun rupiah) dalam 10 bulan pertama tahun ini, naik 4,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data resmi terbaru yang dirilis oleh bea cukai setempat.
Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze meliputi 11 wilayah setingkat provinsi di sepanjang Sungai Yangtze — sungai terpanjang di Asia — yang membentang dari provinsi Sichuan dan Yunnan di Tiongkok barat hingga pusat-pusat ekonomi di Tiongkok timur termasuk Provinsi Jiangsu dan Zhejiang yang makmur dan pusat keuangan Shanghai.
Wilayah ini mencakup lebih dari 2 juta kilometer persegi atau seperlima dari negara tersebut, dan mencakup lebih dari 40 persen dari total populasi Tiongkok.
Volume perdagangan luar negeri wilayah tersebut dalam 10 bulan pertama mencakup 45,3 persen dari total impor dan ekspor seluruh negeri, menurut data yang dirilis oleh administrasi bea cukai provinsi Jiangsu.
Khususnya, Provinsi Jiangsu memainkan peran penting dalam lonjakan perdagangan luar negeri, dengan impor dan ekspornya melonjak hingga 4,61 triliun yuan (sekitar 10 ribu triliun rupiah) dalam periode 10 bulan, yang mencerminkan tingkat pertumbuhan dari tahun ke tahun yang mengesankan sebesar 7,6 persen.
Dalam 10 bulan pertama, impor dan ekspor Provinsi Jiangsu berkontribusi sebesar 28,3 persen terhadap keseluruhan perdagangan luar negeri di seluruh Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze, yang mengamankan posisinya sebagai pemain teratas di kawasan tersebut.
Tiongkok meluncurkan inisiatif Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze pada awal tahun 2016, yang bertujuan untuk mengubah kawasan tersebut menjadi sabuk ekonomi emas yang menampilkan ekologi yang lebih indah, jaringan transportasi yang lebih lancar, ekonomi yang lebih terkoordinasi, pasar yang lebih terintegrasi, dan lebih banyak mekanisme ilmiah.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB
Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB
Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB
Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB
Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB
Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB
Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB
Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB
Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB
PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB
Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB
Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB
14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB
Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB