Kamis, 14 November 2024 15:58:47 WIB
Tarif Uni Eropa atas Kendaraan Listrik Tiongkok Dinilai Rugikan Ekonomi yang Bergantung pada Ekspor
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo
Maximilian Butek, Direktur Eksekutif Kamar Dagang Jerman di Tiongkok-Tiongkok Timur (CMG)
Beijing, Radio Bharata Online - Tarif tambahan yang diberlakukan Uni Eropa pada kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang diimpor dari Tiongkok merugikan ekonomi yang bergantung pada ekspor seperti Tiongkok dan Jerman yang membutuhkan pasar bebas, kata seorang pemimpin kamar dagang Jerman.
Maximilian Butek, Direktur eksekutif Kamar Dagang Jerman di Tiongkok - Tiongkok Timur, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan China Global Television Network (CGTN) di sela-sela AHK Greater China Xceleration Days 2024, yang berlangsung di Beijing dari tanggal 13 hingga 15 November 2024.
"Tarif tersebut dikenakan terhadap produsen mobil yang memproduksi di Tiongkok dan mengirimkannya ke Jerman. Dan ini juga berlaku untuk perusahaan seperti Tesla atau BMW. Jadi, kami memposisikan diri atas nama perusahaan kami untuk menentang tarif karena ekonomi kami cukup mirip dengan ekonomi Tiongkok. Kami sangat bergantung pada ekspor. Jadi, kami membutuhkan pasar bebas, dan penerapan tarif tidak akan mendukung gagasan pasar bebas. Kami membutuhkan diskusi terbuka karena jika ekonomi terus melambat, kami tidak akan mendapatkan pemenang yang baik dari hal itu," katanya.
Bulan lalu, Komisi Eropa mengumumkan penerapan tarif anti-subsidi pada kendaraan listrik Tiongkok. Mulai 31 Oktober 2024, tarif ini akan berlaku selama lima tahun dengan tarif yang bervariasi, yaitu 17 persen untuk BYD, 18,8 persen untuk Geely, dan 35,3 persen untuk SAIC, yang merupakan produsen mobil terkemuka di Tiongkok. Perusahaan tambahan yang bekerja sama dalam penyelidikan akan dikenakan bea masuk sebesar 20,7 persen, sementara perusahaan yang tidak kooperatif akan dikenakan tarif maksimum 35,3 persen.
Butek juga mencatat bahwa perusahaan Jerman berkomitmen untuk menjajaki pasar luar negeri seperti Tiongkok dan Amerika Serikat dengan menciptakan lapangan kerja, menghadirkan teknologi, dan meningkatkan inovasi sehingga mendesak kedua negara untuk tidak berpisah jika merugikan konsumen di kedua belah pihak.
"Perusahaan-perusahaan Tiongkok memiliki keunggulan di masa depan. Perusahaan-perusahaan Jerman memiliki keunggulan di masa depan. Kami, perusahaan-perusahaan Jerman, sangat senang berada di Tiongkok, untuk sangat berkomitmen kepada para karyawan kami di sini. Dan kami memiliki lebih dari satu juta karyawan di Tiongkok untuk terus membawa teknologi, pengetahuan, inovasi ke Tiongkok. Dan kami juga ingin melakukannya di Amerika Serikat. Jadi, saya percaya bahwa ketegangan antara AS dan Tiongkok, kedua kekuatan itu harus diselesaikan. Dan kami, di dunia yang ideal, mencoba bekerja di kedua sistem. Dan kami hanya dapat mendesak kedua belah pihak: jangan memisahkan diri, karena jika Anda memisahkan diri, konsumen di Tiongkok dan di AS akan menanggungnya," jelasnya.
Sebagai acara bisnis utama yang diselenggarakan oleh AHK Greater China, AHK Xceleration Days menarik ribuan pemimpin bisnis, eksekutif, dan perwakilan organisasi internasional, yang bertujuan guna mendorong pertukaran ekonomi dan perdagangan bilateral serta kerja sama antara Tiongkok dan Jerman dan untuk mempercepat pengembangan bisnis mereka di Tiongkok.
Komentar
Berita Lainnya
Investasi Banyak Masuk ke Jateng, Ganjar: Tingkat Layanan Kita Sangat Serius Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB
Perdagangan Jerman mengalahkan ekspektasi pada Agustus , meski ekonomi melambat Ekonomi
Rabu, 5 Oktober 2022 18:2:24 WIB
Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB
Pakar: Tren konsumsi sehat mencerminkan kepercayaan konsumen yang kuat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB
Perkiraan uang penjualan pembuat chip TSMC, persaingan melambat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:44:54 WIB
Mentan-Menkeu G20 & Bank Dunia Kumpul di AS, Cari Solusi Atasi Krisis Pangan Ekonomi
Rabu, 12 Oktober 2022 9:9:53 WIB
Lebih dari Setengah Mobil Baru akan Menggunakan Listrik pada Tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB
Tibet Melihat Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Tahunan Dua Digit Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:23:14 WIB
Gara-gara Hujan, Petani Risau Harga Cabai dan Beras Naik Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB
PLN: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Rampung Juni 2023 Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:43:54 WIB
Antisipasi Resesi Gelap, Sandiaga Uno: Perkuat UMKM dan Kolaborai Ekonomi
Minggu, 16 Oktober 2022 18:8:23 WIB
Huawei akan mendirikan pusat layanan cloud Eropa pertama di Irlandia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB
14 Negara Tandatangani 100 Kerja Sama Dagang dengan Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB
Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tembus 5,5 Persen pada Kuartal III 2022 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB